Senin, 04 Februari 2013

3 meter di atas langit....



Aku lelaki jalang yang hidup bebas tanpa alasan apapun menghalangi ku merasakan kebebasan. Tak peduli apapun itu, hidupku tetap bebas. Melajukan motor kesayanganku, mencoba menjadi tercepat di antara keparat-keparat itu. Terkadang aku harus terjatuh, hingga seorang sahabat yang akan membuatku kembali bangkit dan kembali merenggut kebebasan itu dengannya.
Aku lelaki jalang, tapi Tuhan memberi ku wajah yang tampan. Tak ayal, banyak wanita jatuh di pangkuanku. Mereka semua terbuai oleh ketampanan itu. Tapi itu semua tak berarti bagiku. Mereka semua hanya pemuas hasrat ku. 

Seorang perempuan muda di dalam mobil pagi itu. Dia yang kini membuatku berpandangan lain tentang wanita. Dialah Baby, satu perempuan yang membuat merasakan satu rasa terjatuh yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, jatuh cinta.  
Tak butuh waktu lama aku menaklukkan dia. Awal nya, tak mungkin dia bisa suka dengan lelaki semacam aku. Namun, sekali lagi berkat pemberian Tuhan ini, Dia jatuh di pelukanku. Aku mengajaknya berkencan di suatu pantai yang indah. Tak ada seorangpun di sana. Kecuali kami berdua. Seperti biasa hasrat ku muncul di hadapannya. Tapi entah apa, aku tak ingin menyakitinya, seperti aku menyakiti wanita lain. Kala aku memintanya memadu kasih.
Maaf sayang. Aku belum ingin melakukan “nya”....

Baiklah sayang aku akan menunggumu hingga kau siap...
Kami pun kembali menikmati indahnya pantai kala matahari terus memanas. Yang tak mampu memanaskan hasrat ber  “cinta” kami.
Di sana kami melihat sebuah rumah di pinggir pantai itu.
Baby berkhayal, suatu hari aku ingin membeli rumah itu. Dan aku ingin kita ber “cinta” di sana....
Aku pun berkhayal, suatu hari aku akan hadiah kan rumah itu mu....


Hari-hari kami lalu dengan menikmati masa-masa indah penuh cinta. Baby selalu bahagia ketika melaju bersama motor kesayanganku. Tak pernah lagi kami terbersit rasa untuk merasa hal “itu”. Dia sudah cukup bahagia dengan segala apa yang berikan. Melaju bersama motor, menikmati indah pantai hingga merasakan dinginnya air kolam renang ketika kami memutuskan untuk berenang bersama malam itu. Tak aku sangka Baby membisikan hal yang paling aku inginkan....
Sayang. Aku gugup...
Apa yang membuatmu gugup, sayang.
Aku ingin melakukan ”nya”.... hanya denganmu. Aku ingin kamu yang pertama...
Tapi. Aku belum pernah melakukan “nya” sebelumnya...
Aku pun belum pernah sayang....
Baby berkata “kau pembohong”....
 












Beberapa hari kemudian.....

Aku menjemput Baby, bersiap memberinya sebuah kejutan. Ini bukan hari ulang tahun nya. Tapi aku ingin hari ini menjadi hari yang lebih membahagiakan dari sekedar perayaan ulangtahun.
Sayang, aku tutup mata kamu ya...
Nanti aku buka jika kita telah sampai di suatu tempat....
Wah... ada kejutan buat aku ya sayang....
Nanti kamu lihat aja sendiri....
Kami berdua pun pergi ke suatu tempat itu. Baby dengan penuh sabar dan rasa penasaran tetap memeluk erat punggungku walau dengan mata yang tertutup sapu tangan ku. Sengaja aku perlambat laju motorku. Aku ingin dia lebih lama memeluk erat punggung ku.

Kami sampai di tempat itu.
Sayang, kamu tunggu sebentar ya....
Kamu mau kemana, sayang...
Aku sudah boleh membuka penutup mata ini...
Sabar sayang... sebentar lagi...
Aku segera melompat pagar rumah kosong itu. Di pagar rumah terpampang papan bertuliskan
 “DI JUAL”. Aku berhasil masuk dan membobol pintu rumah itu agar Baby bisa masuk dengan leluasa.
Sayang, ayo kita masuk... tapi boleh di buka matanya, sabar ya...
Iya, sayang...
Aku tuntun dia sampai ke bagian teratas rumah itu. Disana ada kolam renang , dan pemandangan terindah di sana. Sebuah pantai membentang di depan. Tak ada apapun yang bisa menghalangi pandangan ke laut....
Sayang, aku bisa merasakan nya...
Ini angin pantai....
Itu suara ombak pantai kan...
Sekarang, kamu boleh buka mata kamu....
Sayang, indah sekali pantai itu...
Aku bisa melihat seluruhnya...
Terima kasih kejutannya sayang...
Iya, sayang,,,
Seraya dia mencium bibir ku. Aku pun menyambutnya dengan sentuhan mesra. Perlahan. Pelan. Aku mulai menyentuh bagian per bagian tubuh. Dia tidak risih. Bahkan dia menikmatinya. Tak terasa kami terus terbuai suasana. Matahari mulai terbenam. Kami masih di atas sana. Semakin hangat rasanya kami bersatu. Dalam mesra. Kami pun mulai bercinta. Satu per satu kain kami tanggal kan. Kami bercinta. Baby menikmatinya. Walau ini yang pertama baginya. Dia terlihat sedikit kesakitan. Tapi aku coba untuk perlahan menyetubuhinya. Aku tak mau menyakitinya. Kami pun terus bercinta walau gelap mulai menerpa...
Kau ingin aku jadi yang pertama?, Baby....
-          Ya. Dan yang terakhir...
Aku mencintaimu, Baby....
Kau baik-baik saja?
 Apa aku telah menyakitimu?....
-            Tidak.
-          Aku kurang baik kan?
Kau sempurna. Baby...
-          Kau membuatku merasa hebat.
Aku sangat bahagia, Baby...
-          Sejauh mana kebahagianmu sekarang , sayang....
-          Dari sini ke Barcelona....
Tidak, lebih jauh dari itu, Baby...
-          Seberapa jauh sayang...
 Dari sini ke langit....
Yah, aku lebih bahagia sejauh....


Tiga meter di atas langit......
 Selalu ada masanya ketika kita berada di persimpangan.
Masing-masing memilih jalannya sendiri, dan berharap jalan itu akan bersatu lagi.
Kau melihat orang lain menjadi kecil dan semakin kecil.
Itu semua benar.
Kita diciptakan untuk saling memiliki.
Dia akan berada di ujung jalan.
Tapi pada akhirnya hanya satu hal yang terjadi.
Musim salju telah datang.
KAU DAN AKU 3 METER DI ATAS LANGIT 






-tengah malam, 03 feb 2013--terinspirasi dari film “3 Metros Sobre El Cielo”-

4 komentar: