Awan Mendung mulai menghitam. Saat itulah aku bersama Indah
akan bergegas pulang. Aku coba perlambat laju motor ku. Aku coba mencari jalan
terjauh walau banyak jalan pintas untuk
menuju rumahnya. Aku coba berpura-pura hampir kehabisan bahan bakar. Berhenti
kami, untuk sekedar memanjakan motorku sejenak.
Awan mendung yang semakin menghitam mulai menunjukan
kelap-kelip halilintar. Berbeda sekali dengan saat kami berangkat tadi.
Matahari begitu terik, hingga peluh berkucuran. Jantungku berdebar waktu aku
hampir sampai dirumah untuk menjemput sang pujaan. Kini sejuk terasa, walau
awan mendung membuat kami serasa tak sabar untuk segera sampai rumah.
Dalam hati aku berharap. Wahai hujan turunlah kamu, jika
kami telah sampai dirumahnya. Wahai mendung tetaplah kamu menghitam sehingga
matahari tak sanggup mengganggu perjalanan kami.
Hujan pun turun. Saat aku telah mengantarkan dia sampai di
rumahnya. Aku berhasil menghindarkanya dari terik matahari karena mendung yang
menolong kami. Aku berhasil menghindarkannya dari basahnya air hujan. Tapi
bukan itu yang aku harapankan.
Hujan,,,
Kamu terlambat.
Kamu terlambat menyirami rasa cinta kami. Kamu terlambat
mendinginkan hati nya yang telah terpanaskan oleh matahari....
Hujan,,,
Sekali lagi kamu terlambat.
Kamu terlambat untuk reda, sehingga pelangi tak kunjung
datang untuk mewarnai hati kami.....
-penghujung tahun 2012-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar