Hati pertama:
Assalamualaikum…
Wahai kau perempuan yang mengisi hatiku. Walau aku tak pernah
mengungkapkan perasaan cintaku padamu. Maaf aku hanya mampu mengagumi mu. Entah
apa yang istimewa darimu. Tapi itulah rasa kagumku padamu. Aku ingat betul
ketika pertama kali aku melihatmu mulai mengenakan pakaian hijab. Tak sanggup
aku menatapmu terlalu lama. Tak seperti biasanya ketika aku ingin terus
menatapmu, walau secara diam-diam. Entahlah, apa kamu pernah merasa aku
perhatikan selama ini?
Aku tak peduli betapa kamu yang tak pernah menghiraukan
kehadiran ku. Aku hanya ingin terus mengagumimu. Walau tiap kali ada laki-laki
lain mendekatimu, selalu saja rasa cemburu itu muncul.
Aku masih ingat, kamu pernah hadir di alam mimpiku. Saat itu
kau pernah datang, kau nampak cantik. Lebih cantik dari biasanya. Saat itu aku
baru sadar, kalau kau sedang menjalankan sebuah acara sakral. Saat itu kau
sedang menunggu. Menunggu selesainya seorang laki-laki mengucapkan janji setia
dihadapan ayahmu dan juga dihadapan seorang penghulu. Saat itulah aku tersadar,
kalau laki-laki itu ternyata, aku. Ternyata mimpi indahku itu membuatku
terbangun. Ingin rasanya aku kembali tertidur, kembali ke prosesi itu. Tapi apa
daya, aku tak mampu memejamkan mataku. Hingga pagi pun datang. Tak sanggup aku
menolak kehadirannya. Saat itulah aku harus menghadapinya, karena itulah
kehidupan nyata bagiku, bagi kita. Akupun kembali hanya menatapmu dari
sela-sela kehidupan nyata ku itu.
Wahai kau perempuan itu. Bolehkah aku hadir dalam kehidupan
nyata mu???
Aku datang dengan ketidaksempurnaan. Tapi aku yakin
ketidaksempurnaanmu lah yang akan membuat kehidupan nyata kita menjadi lebih
sempurna. Paling sempurna.
Wahai kau perempuan itu. Tak perlu kau jawab pertanyaan itu.
Mungkin saat kau membaca tulisan itu. Saat itulah kau sudah bersama laki-laki
lain. Laki-laki yang punya langkah berani, untuk meminangmu.
Wassallam ….
Hati kedua:
Wallaikum salam…
Wahai kau laki-laki yang pernah mengagumi ku. Aku tahu persis
itu. Aku selalu menunggumu. Memberikan sinyal rasa cinta. Terlebih aku selalu
menanti mu, mengucapkan rasa ingin meminangkan ku. Minimal aku hanya ingin
mendengar kata “sayang” keluar langsung dari mulut mu.
Aku tahu kau sangat mengagumi aku, ketika aku mulai
mengenakan hijab pertama kali waktu itu. Aku tahu kau bahkan tak berani
menatapku. Itulah yang kuharapkan. Aku hanya ingin kau menatap ku lebih dalam,
ketika sudah sah menjadi suami ku… kelak nanti. Asal kau tahu wahai laki-laki
itu, aku memutuskan memakai hijab bukan
untuk meminta mu untuk mengagumi ku. Ini adalah kewajibanku, sebagai seorang
perempuan muslim. Aku ingin Allah melindungiku, sampai akhirnya ada seorang
laki-laki yang akan melindungiku di kehidupan nyata ku hingga kami mati nanti.
Sebenarnya, aku ingin laki-laki itu adalah kau….
Wahai laki-laki itu, aku ingat, kau pun pernah hadir dalam
mimpiku. Saat itu kau datang dengan pakaian serba putih. Rambutmu tertata rapi,
indah sekali. Wajahmu bercahaya dengan senyuman terindah seorang laki-laki yang
belum pernah aku lihat sebelumnya. Saat itu tak sepatah kata pun aku dengar
dari mu. Entah mengapa hal itu cukup membuat ku bahagia. Hingga akhirnya
terbangun dari tidur waktu itu. Ingi rasanya aku kembali tidur, kembali
bermimpi menemui mu. Tapi ternyata aku mampu. Sampai pagi pun aku justru selalu terjaga. Memikirkan mu.
Wahai laki-laki itu. Aku ingin kau hadir dalam kehidupan
nyataku. Datanglah bersama kedua orangtuamu. Datanglah kalian ke orangtua ku.
Minta lah pada mereka, bahwa kau ingin menikahi anak perempuannya. Aku selalu
menantimu. Tak perlu kau bawakan segenggam berlian. Yang aku inginkan hanya
sebuah kitab Al-Qur’an, yang akan kau bawakan sebagai maharnya.
Wahai kau laki-laki itu. Tak akan ada laki-laki lain di
hatiku. Laki-laki itu hanyalah kamu. Hanya satu, hanya kamu.
Wassalam ….
-tengah malam, 26 maret 2015-
barisan katanya kerenn :) *lanjutkan
BalasHapusbetapa indahnya pujian ketika ia dibarengi oleh kritikan yang membangun...
BalasHapusterimakasih, akan saya lanjutkan....